KHUTBAH
JUM’AT AKHIR TAHUN
Oleh:
Machmud Nurokhim
Al
Hikmah, 20 Desember 2013
الحَمْدُ للهِ
الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى
الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ المُشْرِكُوْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاإِلهَ إِلا اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّى
عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى أَمَّا
بَعْدُ….. فَيَا
عِبَادَ اللهِ أُوصِيْكُمْ وَإِيّاَيَ بِتَقْوَى اللهِ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin siding
jum’at rohimakumullah
Saya menyeru diri
saya sendiri dan juga sidang Jumaat sekalian agar kita sama-sama meningkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah dengan melakukan segala suruhanNya dan menjauhi
segala yang dicegahNya. Dan Janganlah sampai kita mati melainkan dalam keadaan
Islam.
Firman Allah dalam
ayat 18 surah Taubah
إِنَّمَا
يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللهِ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ
الصَّلاَةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ فَعَسَى أُوْلَئِكَ أَن
يَكُونُواْ مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Maksudnya :
“Hanyasanya yang layak memakmurkan (menghidupkan) masjid-masjid Allah itu ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat serta mendirikan
sembahyang dan menunaikan zakat dan tidak takut melainkan kepada Allah, (dengan
adanya sifat-sifat yang tersebut) maka adalah diharapkan mereka menjadi dari
golongan yang mendapat petunjuk”.
Muslimin Sidang
Jumaat Yang Berbahagia,
Hari demi hari
telah berlalu. Demikian juga minggu, bulan dan tahun. Tahun 1434 Hijrah
ditinggalkan, kemudian dibuka lagi dengan lembaran baru tahun 1435 H. Begitu
juga tahun 2014 Masehi yang bakal datang dan tahun 2013 berlalu
meninggalkan kita.
Marilah kita
sejenak merenung diri atau muhasabah dengan menghitung segala perilaku kita
sepanjang tahun ini. Apakah perbuatan yang kita lakukan itu merupakan amalan
baik atau buruk?
Kadangkala
sebahagian manusia sentiasa mengeluh kerana sibuk dengan kerjaya dan masalah
dunia sehingga tidak dapat merasai manisnya ibadah, tidak khusyuk dalam solat,
hati sentiasa keras dan malas melakukan ibadah dan kebajikan. Penyakit seperti
ini tidak harus dibiarkan dan perlu diubati segera dan salah satu caranya
adalah dengan bermuhasabah.
Setiap kita perlu merenungkan
terhadap diri sendiri; pada setiap jam, setiap hari, setiap bulan dan setiap
tahun, dalam kerangka ‘sumpah dan ikrar’ kita terhadap Allah s.w.t. Kita
bertanya kepada diri kita sendiri: apakah kita lalui jalan yang benar, yang
menuju keridlaan-Nya dengan amalan yang kita perbuat sepanjang tahun itu.
Apakah kita telah menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak hamba Allah yang
diamanahkan kepada kita sebagaimana kita merasa tamak untuk mendapatkan hak-hak
sendiri, kemudian membandingkan antara kebaikan-kebaikan dan kejahatan-kejahatan
dan menilai diri sendiri, kemudian bertaubat, beristighfar, berusaha untuk
mengganti apa yang telah berlalu dengan kebaikan-kebaikan.
Sidang Jumaat Yang
Berbahagia,
Muhasabah diri dapat dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada diri sendiri dan menjawab sendiri, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah dalam surah al-Qiyamah ayat 14 yang bermaksud:
“Bahkan manusia
itu menjadi saksi atas dirinya.”
Muhasabah diri
dilakukan di dunia ini sebelum menghadap Allah pada perhitungan akhirat.
Firman Allah dalam
surah al-Haaqah ayat 18 yang bermaksud:
“Pada hari itu
kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang
tersembunyi (bagi Allah).”
Dari jawapan-jawapan dan pertanyaan-pertanyaan di atas seseorang dapat mengetahui:
•
Besarnya manfaat/hasil dalam melaksanakan ketaatan untuk mencapai
keredaan Allah s.w.t. Kita akan memperbanyak amal itu dan akan bersyukur kepada
Allah yang telah menolong diri kita untuk melakukan hal tersebut.
•
Besarnya kekurangan di sisi Allah, kemudian menegur diri sendiri,
beristighfar dan bertaubat serta berjanji kepada Allah untuk tidak akan
melakukan dosa-dosa lagi.
Ingatlah bahawa
setiap manusia betapa pun panjang usianya, pasti akan berdiri di hadapan Allah
s.w.t yang akan menghitung segala yang
mulia mahupun yang hina, yang kecil atau yang besar, sebagaimana yang
difirmankan Allah s.w.t di dalam surah al-Kahfi ayat 49 yang artinya:
“Dan diletakkan kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya;” dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan telah (tertulis).”
Muslimin Yang
dimuliakan,Allah s.w.t
Mengingatkan
hamba-hambanya agar merasa takut dan bertaubat kepada-Nya, merasa malu
kepada-Nya dalam semua amalnya, tingkah lakunya dan sikap diamnya, agar mereka
melakukan perhitungan terhadap diri mereka sendiri dan melihat amal-amal mereka
yang mereka simpan untuk diri mereka sendiri, agar menghitung diri mereka
sendiri sebelum dihadapkan pada hari perhitungan yang tidak ada lagi yang
tersembunyi dari mereka. Mereka juga harus merasakan pada setiap waktu bahwa
Allah Maha Mengetahui akan semua amal mereka, keadaan mereka, tingkah laku
mereka dan bisikan-bisikan mereka, dan bahwa tidak ada sesuatu pun daripada
urusan mereka yang tidak diketahui-Nya.
Di dalam al-Quran,
banyak disebutkan tentang muhasabah di hadapan Allah s.w.t agar setiap manusia
mempersiapkan jawapannya, selalu bertanya kepada diri sendiri selama hidup di
dunia ini sebelum ditanya di akhirat nanti.
Allah s.w.t
berfirman yang Artinya:
“Maka sesungguhnya Kami akan menanyakan umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyakan (pula) rasul-rasul (Kami).” (Al-A’raf: 6)
Kata ‘menanyakan’
dalam ayat di atas adalah meminta pertanggungjawaban di hadapan Allah pada hari
Kiamat, baik untuk para rasul maupun orang-orang yang beriman, orang-orang yang
jujur dan orang-orang kafir. Semua akan dihisab di hadapan Allah dan cukuplah
Allah saja yang menjadi Penghitung.
Kaum Muslimin Yang
Mulia
Muhasabah nafsu
dilakukan oleh seseorang dengan bertanya kepada dirinya sendiri sebelum
melakukan sesuatu perbuatan, apakah perbuatan itu sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Allah dan sesuai dengan petunjuk Rasulullah s.a.w yang
mulia. Kemudian sekali lagi kita bertanya kepada diri kita sendiri setelah
melakukan perbuatan itu untuk meyakinkan sekali lagi bahawa kita tidak tersesat
jalan, tidak menyimpang dari jalan yang lurus. Pertanyaan ini dilakukan pada
setiap waktu. Kemudian melakukan penilaian ketika keadaan sudah tenang,
misalnya ketika hendak tidur atau ketika sendiri.
Muhasabah diri
dilakukan terhadap semua perbuatan, tingkah laku dan tindakan kita, baik yang
berhubungan dengan ibadah atau muamalah. Contohnya, adalah menjadi kewajipan
bagi seseorang untuk selalu bertanya kepada dirinya sendiri dengan beberapa
pertanyaan, kemudian mengingat dasar-dasar pengajaran dari al-Quran dan Sunnah.
Rasulullah s.a.w
telah mendidik umat Islam generasi pertama kepada muhasabah diri. Rasulullah
s.a.w selalu mengingatkan tentang beratnya hisab di akhirat. Mereka mengetahui
bahawa Allah amat memperhatikan mereka, bahawa mereka akan dihisab pada hari
kiamat, dan tidak ada yang dapat menyelamatkan diri mereka daripada dihitung
itu kecuali muhasabah diri dan kejujuran ketika melakukan muraqabah
(pengawasan). Barangsiapa yang menghitung nafsu mereka sendiri sebelum
dihitung, maka hisabnya pada hari kiamat akan ringan, tempat kembali dan tempat
tujuannya akan menjadi baik. Barangsiapa yang tidak menghitung dirinya sendiri,
maka mereka akan alami kesedihannya yang berkepanjangan dan penantiannya pada
hari kiamat akan sangat lama.
Diriwayatkan
daripada Ubadah bin ash-Shamit, bahawasanya Rasulullah s.a.w bersabda kepada
seorang lelaki ketika meminta kepada baginda agar diberikan nasihat. Rasulullah
s.a.w memberikan nasihat dan bersabda yang artinya: “Jika engkau menghendaki
sesuatu urusan, maka renung-renungkanlah akibatnya. Apabila baik, maka lakukanlah
dan apabila sesat, maka cegahlah.”
Demikian pula ia
mesti memikirkan tujuan ia diciptakan dan bagaimana Allah mengujinya. Ia mesti
menyedari bahawa Allah bersamanya dan sentiasa melihat dan mendengarnya. Ia
harus sentiasa mengingati bahawa apa yang dilakukannya, entah itu dianggap
penting atau remeh, diketahui oleh Allah dan bahawa kelak ia akan diminta
pertanggungjawaban atas apa-apa yang dikerjakannya pada Hari Pengadilan nanti.
Kita seharusnya
merenungkan betapa indahnya syurga dan kesenangan luar biasa dan berbagai kenikmatan yang ada di sana, dan berupaya
untuk memahami konsep keabadian. Kita juga harus menyedari bahawa neraka adalah
sebuah tempat yang diciptakan untuk memberikan kesengsaraan kepada tubuh dan
jiwa manusia, tidak ada hal yang baik, menggembirakan dan menyenangkan di sana
dan para penghuninya akan tinggal di sana untuk selama-lamanya. Kita harus
menyedari bahawa kita akan dirundung penyesalan yang mendalam setiap saat dalam
kehidupan abadi kita nanti apabila kita tidak mengindahkan peringatan ini
dengan serius.
Dengan begitu,
kita akan membuat keputusan yang tepat dan mencurahkan segenap kehidupan kita,
untuk mencapai keridaan Allah, kasih sayang dan rahmat-Nya dan akan berusaha untuk
memperoleh syurga yang dijanjikan Allah s.w.t.
Setiap kali
manusia semakin dekat kepada Allah, maka Allah akan menjaga, melindungi dan
menolongnya sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya yang artinya:
“Sesungguhnya
Allah membela orang-orang yang beriman.” (Al-Hajj: 38)
Disebutkan di
dalam hadis qudsi:
“Hamba-Ku tidak
mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai daripada
melaksanakan apa yang Aku fardukan kepadanya. Dan hamba-Ku senantiasa
mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah sehingga Aku mencintainya.
Jika Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi telinganya yang digunakan untuk
mendengar, menjadi matanya yang digunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang
digunakan untuk bekerja, menjadi kakinya yang digunakan untuk berjalan. Kalau
dia meminta kepada-Ku, pasti akan Aku beri, kalau dia meminta perlindungan
kepada-Ku, pasti akan Aku lindungi.”
Marilah kita sama-sama merenung mengenai amalan-amalan ibadah yang telah kita kumpul di dunia ini adakah sudah mencukupi untuk dibawa kehadapan Allah swt. Adakah amalan kita selama ini boleh melepaskan diri kita dari disiksa di dalam kubur, di padang mahsyar kelak. Adakah pahala amal-amal kita selama ini boleh digunakan untuk membeli syurga Allah swt atau kita diberi neraka kerana dosa kita lebih banyak daripada pahala kita.
Marilah kita sama-sama merenung mengenai amalan-amalan ibadah yang telah kita kumpul di dunia ini adakah sudah mencukupi untuk dibawa kehadapan Allah swt. Adakah amalan kita selama ini boleh melepaskan diri kita dari disiksa di dalam kubur, di padang mahsyar kelak. Adakah pahala amal-amal kita selama ini boleh digunakan untuk membeli syurga Allah swt atau kita diberi neraka kerana dosa kita lebih banyak daripada pahala kita.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الُمْسِلِمْينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KE 2
الحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَهْدِيْهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ الله فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ
وَاعْلَمُوْا أنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ ، أَمَرَكُمْ بِالصَلاَةِ وَالسَلاَمِ عَلَى نَبِيِّهِ الكَرِيْمِ فَقَالَ الله ُتَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ:
وَاعْلَمُوْا أنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ ، أَمَرَكُمْ بِالصَلاَةِ وَالسَلاَمِ عَلَى نَبِيِّهِ الكَرِيْمِ فَقَالَ الله ُتَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ:
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بسم الله
الرحمن الرحيم إنَّ اللهَ وملائكتَهُ يصلُّونَ على
النبِيِّ يَا أيُّهَا الذينَ ءامَنوا صَلُّوا عليهِ وسَلّموا تَسْليمًا
اللّـهُمَّ صَلّ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى
ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا صلّيتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيم
وبارِكْ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِي سيّدِنا محمَّدٍ كمَا بارَكْتَ على سيّدِنا
إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيمَ إنّكَ حميدٌ مجيدٌ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا
مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا
تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى
وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
|
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
عبادَ اللهِ،
إنَّ اللهَ يأمرُ بالعَدْلِ والإحسانِ وإيتاءِ ذِي القربى وينهى عَنِ الفحشاءِ
والمنكرِ والبَغي ، يعظُكُمْ لعلَّكُمْ تذَكَّرون. اذكُروا اللهَ العظيمَ
يذكرْكُمْ واشكُروهُ يزِدْكُمْ واستغفروه يغفِرْ لكُمْ واتّقوهُ يجعلْ لكُمْ مِنْ
أمرِكُمْ مخرَجًا. وَأَقِمِ الصلاة .
Tidak ada komentar :
Posting Komentar